Proses Eksekusi Putusan Pengadilan Berkaitan Kewenangan Penyadapan Oleh Kejaksaan Republik Indonesia

Hendra Dinatha

Abstract


The pros and cons of the dissolution of civil society organizations have been an ongoing issue since the emergence of Law Number 16 of 2017 concerning Social Organizations, where there was a debate about how these Community Organizations should be dissolved. The approach method used in this research is the method of juridical analysis approach. With the research specifications used in this research is descriptive analytical. Legal data materials obtained from both the literature and field research were analyzed qualitatively, namely the data analysis method by conducting a selection of the data obtained based on their quality and truth and those related to the problems to be discussed. Based on the results of the study, it was found that the authority of the Ministry of Home Affairs in the mechanism for dissolution of communityt organizations in Indonesia is based on Law Number 16 of 2017 concerning Stipulation of Government Regulation in Lieu of Law Number 2 of 2017 concerning Amendments to Law Number 17 of 2013 concerning Community Organizations into Law, Article 62 which explains that for Community Or[1]ganizations committing violations given a written warning once within seven working days from the date the warning was issued. In the event that the Community Organizations does not comply with the written warning within a predetermined period of time, the Minister who carries out government affairs in the fields of law and human rights in accordance with his authority shall impose sanctions on the termination of activities.


Full Text:

PDF

References


Branch, P. (2003). Lawful interception of the internet. Australian Journal of Emerging Technologies and Society, 1(1), 38-51.

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Peraturan Menkominfo Nomor 11/PER/M. KOMINFO/2/2006 tentang Teknis Penyadapan Terhadap Informasi. BN 2006

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Putusan Mahakamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XIII/2015 Tentang Pengujian Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-I/2003 Tentang Pengujian Undang-undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terhadap Undang-undang Dasar Tahun 1945.

Han, K., Yeun, C. Y., Shon, T., Park, J., & Kim, K. (2011). A scalable and efficient key escrow model for lawful interception of IDBC-based secure communication. International Journal of Communication Systems, 24(4), 461-472. DOI: 10.1002/dac.1165

Indriyanto Seno Adji. (2009). Korupsi dan Penegakan Hukum. Jakarta: Diadit Media.

Napitupulu, Erasmus A. T. (2013). Mendamaikan Pengaturan Hukum Penyadapan di Indonesia, Institute Criminal Justice Reform.

Republik Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. LN. 1960 No. 72, TLN. No. 2011

Republik Indonesia. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat No. PRT/PEPERPU/013/1958 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Perbuatan Korupsi dan Pemilikan Harta Benda. BN No. 40 Tahun 1958

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana. LN.2006/No. 18, TLN No. 4607.

Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. LN. 2004/No. 67, TLN No. 4401.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. LN. 2001/ No. 134, TLN No. 4150.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. LN. 1971.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. LN. 1999/ No. 140, TLN No. 3874.

Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. LN. 2009/No. 143, TLN No. 5062.

Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. LN. 2016/No. 251, TLN No. 5952.

Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. LN.2019/No.197, TLN No. 6409.

Santosa, B. P. (2010). Pengelola Aset Tindak Pidana. Jakarta: Paramadina Public Police Institute.

Spiekermann, D., Keller, J., & Eggendorfer, T. (2018, November). Improving lawful interception in virtual datacenters. In Proceedings of the Central European Cybersecurity Conference 2018 (pp. 1-6). https://doi. org/10.1145/3277570.3277578

Supriyadi Widodo Eddyono. (2014). “Mengurai Pengaturan Penyadapan dalam Rancangan KUHAP.” Jurnal Teropong. Vol. 1.

Widyopramono. (2014). Peran Kejaksaan Terhadap Aset Recovery Dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi. Yogyakarta.

Yasin, J. (2009). Hak Azasi Manusia Dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara Dalam Hukum Positif Indonesia. Syiar Hukum, 11(2), 147-160.

Yunus, Muhammad (2013). Merampas Aset Koruptor Solusi Pemberantasan Korupsi Di Indonesia. Jakarta: Kompas.




DOI: http://dx.doi.org/10.31479/jphl.v15i2.240

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License
Jurnal Penelitian Hukum Legalitas is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.